Senin, 20 Juli 2009

PENUHI HARI-HARI DENGAN BERSYUKUR

Jumat yang baru lalu, saya bertemu dengan seorang bapak, ketika kami sama sama menunggu pesanan ikan bakar / ikan goreng di salah satu supermarket ( yang melayani jasa pembakaran dan penggorengan ikan ) . Bapak ini tiba tiba dengan antusias bercerita , bahwa jauh diwaktu lampau ketika ia masih lajang dan sedang kuliah, ia sangat suka sekali membawakan ikan bandeng bermutu bagus kepada kakeknya ( kalau dengar ceritanya kemungkinan kakeknya adalah salah satu pemilik tanah yang kaya di bilangan Bekasi ) . " Kakek saya akan membalas pemberian ikan bandeng saya, mungkin yang nilainya bisa lebih dari sepuluh kali nilai pemberian saya " , lanjutnya.


" Pergi hanya membawa satu atau dua ekor bandeng saja, maka pulangnya saya akan membawa banyak sekali makanan dan juga diberi uang untuk keperluan kuliah saya "
Kemudian ia menambahkan bahwa berbeda sekali dengan kakaknya, yang ketika datang ke rumah sang kakek, jangankan membawa bandeng yang bermutu bagus, melainkan selalu saja bercerita dan berkeluh kesah tentang problemanya. " Begitu melihat dari jauh saja , kakek saya melihat ia naik beca , wah rasanya sudah kesal dan timbul rasa tidak senang" lanjutnya.
" Kakek saya ini merasa senang kepada saya ,sebenarnya bukan melihat dari nilai bandengnya semata mata, tetapi yang menyenangkan hatinya adalah bahwa saya sebagai cucu dianggap tahu membalas budi dan tahu berterima kasih ", katanya sambil tersenyum.

Menarik sekali cerita om ini , karena di waktu yang berdekatan saya baru saja menerima artikel tentang "Kekuatan bersyukur" dari salah seorang trainer, di ceritakan didalamnya bahwa ternyata sangat sedikit sekali orang yang mampu bersyukur. Dari penelitiannya terhadap banyak peserta training yang diadakan, ternyata hanya 10 % dari seluruh peserta training yang mampu menuliskan lebih dari 30 tentang hal hal yang sepatutnya disyukuri selama usia hidup mereka, dan sebaliknya justru tak sedikit peserta yang hanya dapat menulis kurang dari 5 hal saja.

Pengalaman saya sendiri tentang seorang teman juga menunjukkan betapa susahnya orang untuk bersyukur.
Beberapa tahun lalu, saya pernah menasehati teman ( yang masih yunior di pekerjaannya dan baru menikah ) , saya berkata bahwa daripada ia tinggal jauh dari kantor dan menghabiskan biaya dan waktu di perjalanannya yang jauh itu, lebih baik duitnya itu dipakai buat nyicil apartemen dibilangan Jakarta Barat yang menurut saya meskipun tidak mewah , masih lumayan baik dan terjangkau harganya. Ternyata setahun lalu, ia entah bagaimana ( saya semula tidak diberitahu karena belakangan ia bercerita bahwa ia malu sebab dulunya ia selalu menolak nasihat saya ) , pada akhirnya ia meminta tolong saya mencarikan apartemen dan sekaligus agen , nah dengan beberapa kali pertemuan akhirnya jadilah teman ini membeli apartemen dimaksud , yang mana saya juga ikut membantu mencari yang harganya paling sesuai.

Entah sudah berapa kali, ia selalu bercerita, tentang kekecewaannya membeli apartemen dimaksud. sehingga saya sendiri menjadi serba salah, karena ada saja yang dia keluhkan , termasuk berbagai hal yang sebenarnya tak terlalu serius.
Setelah beberapa saat sesudah berkali kali ia bolak balik pergi untuk membandingkan apartemen yang ditinggalinya dengan beberapa apartemen termasuk yang agak lebih dekat ke kantornya , akhirnya saya merasa lega, karena ia bilang :" Benar yang kamu bilang, meskipun bagaimana apartemen yang saya tinggali ternyata memang lebih baik dibanding banyak apartemen lain yang pernah saya lihat " ( pikir saya kalau saja ia tetap tidak merasa nyaman tinggal di apartemen yang saya tunjukkan, maka saya merasa serba salah juga kepadanya ) .

Ya memang survey dari rekan trainer di atas memang benar, karena ternyata lebih banyak manusia itu yang hidup dalam keluh kesahnya daripada rasa syukur . Bayangkan saja bagaimana kisah bapak di atas, ketika ia tahu berterima kasih kepada kakeknya, maka pemberiannya yang hanya bernilai kecil saja terbalaskan dengan hal hal yang jauh lebih besar , dan bayangkan juga bagaimana reaksi kakeknya terhadapa kakak dari si bapak ini, bukankah si kakek merasa kesal , karena ia hanya berkeluh kesah dan tidak menunjukkan rasa terima kasih ?

Saya mencoba merefleksikan kisah ini dalam hubungan antara kita sebagai Mahluk dengan Tuhan sang Khalik, barangkali sudah saatnya kita membuang keluh kesah yang berkepanjangan, karena bisa jadi hal ini membuat Tuhan begitu kesal dengan kita , sebaliknya ungkapan rasa syukur akan membuat Tuhan begitu senang dengan kita dan membuka pintu berkatnya buat kita . Bagi saya pribadi, seandainya Tuhanpun belum membuka pintu berkatnya saat ini, maka nafas kehidupan yang ia berikanpun sudah harus membuat saya mengucapkan berjuta juta syukur, karena saya tak akan sanggup membayar jika untuk nya saya harus membayar.


Saya percaya bahwa apapun agama dan kepercayaan yang kita anut, maka setiap kali kita wajib untuk berysukur kepada Tuhan . Ungkapan "Puji Tuhan ,Terima kasih" atau "Syukur Alhamdulillah" hendaknya mewarnai hidup kita selalu . Ingatlah bahwa rasa bersyukur ini akan membuat kita menerima keadaan kita apa adanya tanpa stress dan putus asa, ingat pula bahwa kebahagiaan itu tidak diukur dari seberapa yang kita miliki, tetapi dari rasa syukur atas apa yang telah kita miliki.

Selamat menjalani hidup ini dengan penuh rasa syukur !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar